Welcome to our hut, the place where people start with a simple Hi

05 Februari 2009

Banjir diantara “Banjir”



Bengawan Solo menebar ancaman. Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (30/Jan) siang hingga Sabtu dini hari membuat hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu kembali meluap. Air bah segera menggenangi kota-kota di Jawa Tengah yang berada di sekitarnya, seperti Tanon, Sragen, dan sebagian wilayah Solo bagian selatan. Mulai kemarin (1/Feb) luapan sungai legendaris itu menyasar ke kota-kota wilayah timur seperti Pati, Kudus, Demak, dan Blora di Jawa Tengah. Tarikan gravitasi juga menyebabkan air Bengawan Solo meluap dan menerjang permukiman penduduk di Jawa Timur. Misalnya, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, dan Gresik.


Banjir yang telah menjadi langganan dari tahun ke tahun, kali ini tidak hanya menenggelamkan jalan, rumah dan lahan pertanian warga. Yang menarik, kedatangan banjir air bengawan tahun ini juga bertepatan dengan “banjir janji” dari para caleg lewat poster-poster mereka yg banyak bertebaran pringas-pringis di mana-mana. Akibat dari kedua banjir tersebut tentu saja beda. Kalau banjir air, meski menimbulkan korban yg tidak sedikit, minimal masyarakat masih bisa legawa menerima. Begitu banjir surut, kegiatan warga akan kembali normal, perekonomianpun kembali bergerak. Nah, kalau banjir janji, setelah pemilu baru terasa akibatnya. Begitu caleg yg posternya pringas-pringis tadi terpilih dan duduk di kursi wakil rakyat –seperti yg sudah-sudah– banjir janji yg sebelumnya mereka tulis besar-besar akhirnya jadi kebohongan besar pula. Masyarakatpun akan menanggung akibatnya, selama 5 tahun ke depan akan disuguhi pertunjukan korupsi, tipu-tipu anggaran, bolos sidang, ngelencer dll kelakuan buruk para anggota hew, eh dewan yg katanya terhormat (yg jelas bukan kata saya!). Ah, mudah-mudahan saja masyarakat juga bisa legawa, bukankah mereka dari dulu sudah biasa disuguhi hal-hal seperti itu?

(dikutip dari Jawa Pos)


So, guys... What do u think about it?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar